Kedermawanan Para Sahabat Rasulullah SAW
Oleh: Robby Karman
(Anggota Badan Pengurus LAZISMU Jawa Barat)
Sebagai sebuah agama yang baru tumbuh, Islam memerlukan sokongan dana guna menopang aktifitasnya. Terlebih, kebanyakan penganut agama Islam pada masa awal adalah orang-orang miskin dan dhuafa. Untungnya, para hartawan yang masuk Islam bersedia menyedekahkan sebagian harta mereka guna kemajuan umat Islam. Hal ini disebabkan oleh sikap kedermawanan mereka yang tinggi. Berikut adalah 3 orang diantara banyaknya sahabat yang kaya raya lagi dermawan:
1. Abu Bakar Ash Shiddiq
Urwah RA berkata, “Ketika Abu Bakar masuk Islam, ia mempunyai uang sebanyak 40.000 dirham, semuanya dibelanjakan untuk Rasulullah SAW (yakni dalam keridhaan Rasululullah). Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa ketika ia masuk Islam, ia mempunyai uang sebanyak 40.000 dirham. Dan pada waktu hijrah, yang tersisa hanya 5000 dirham. Harta itu digunakan untuk memerdekakan hamba-hamba sahaya (yang disiksa karena masuk Islam) dan untuk keperluan agama.
Abdullah bin Zubair. berkata bahwa Abu Bakar Shiddiq selalu membeli hamba sahaya yang lemah lalu memerdekakannya. Ayahnya, Abu Quhafah RA berkata, “Jika kamu ingin memerdekakan hamba sahaya, merdekakanlah hamba sahaya yang kuat-kuat, karena dia akan bisa membantumu dan bisa berguna bagi kita. Abu Bakar Shiddiq menjawab, “(Saya tidak memerdekakan budak untuk diri saya), tetapi saya memerdekakannya untuk mencari keridhaan Allah.”
2. Utsman Bin Affan
Utsman bin Affan merupakan salah satu sahabat Nabi yang kaya dan juga sangat dermawan. Dengan kekayaan dan kedermawanannya, dia banyak memberikan harta bendanya untuk menegakkan agama lsam.
Salah satu contoh kedermawanannya yaitu pada saat Perang Tabuk melawan Romawi, Utsman menyediakan 300 ekor unta dan 1.000 dinar dari kantong pribadinya untuk bekal perang. Utsman juga tidak segan mengeluarkan hartanya untuk kebaikan umat Islam. Misalnya ketika Utsman bin Affan membeli sebuah sumur milik orang Yahudi di Madinah untuk umat Islam.
Dalam buku Usman bin Affan yang ditulis Muhammad Husein Haikal, pada saat itu di Madinah hanya ada satu sumur yang mengeluarkan air. Sumur tersebut dimiliki seorang Yahudi.
Seorang Yahudi tersebut menjual airnya kepada umat Islam dengan harga yang cukup tinggi. Tentu saja umat Islam menjadi resah dengan persoalan ini.
Kabar ini akhirnya sampai kepada Rasulullah. Rasulullah lantas menyeru kepada para sahabatnya untuk menyelesaikan persoalan air dan sumur tersebut. Beliau menjanjikan siapapun yang membeli sumur miliki Yahudi itu dan mewakafkannya untuk umat Islam, maka kelak ia akan mendapatkan minuman di syurga, sebanyak air dalam sumur tersebut.
Mendengar apa yang telah disampaikan oleh Rasululloh tersebut, Utsman bin Affan langsung mendatangi seorang Yahudi pemilik sumur tersebut. Dengan segala kepandaiannya dalam bernegosiasi, utsman pun berhasil membeli sumur tersebut dengan harga 12.000 dirham.
3. Abu Thalhah
Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim, diriwayatkan bahwa Abu Thalhah adalah seorang dari golongan kaum Anshar di Madinah yang terbanyak hartanya, terdiri dari kebun kurma. Di antara harta-hartanya itu yang paling dicintai olehnya ialah kebun kurma Biruha’. Kebun ini letaknya menghadap masjid Nabawi di Madinah. Rasulullah saw. suka memasukinya dan minum dari airnya yang nyaman.
Anas berkata: Ketika turun QS. Ali Imran 92 yang artinya: Engkau semua tidak akan memperoleh kebajikan sehingga kalian suka menafkahkan dari sesuatu yang kalian cintai, maka Abu Thalhah berdiri menuju ke tempat Rasulullah saw.
Lalu berkata: Ya Rasulullah, sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman: artinya sebagaimana di atas. Padahal hartaku yang paling aku cintai ialah kebun kurma Bairuha’, maka sesungguhnya kebun itu aku sedekahkan untuk kepentingan agama Allah Ta’ala. Aku meng harapkan kebajikannya serta sebagai simpanan di akhirat di sisi Allah. Maka dari itu gunakanlah kebun itu ya Rasulullah, sebagaimana yang Allah memberitahukan kepada Tuan. Kemudian Rasulullah saw. bersabda:
Bagus, yang sedemikian itu adalah harta yang beruntung, yang sedemikian adalah harta yang beruntung. Aku telah mendengar apa yang engkau ucapkan dan sesungguhnya aku berpendapat supaya kebun itu engkau berikan kepada kaum keluargamu.
Abu Thalhah berkata: Aku akan melaksanakan itu, ya Rasulullah. Selanjutnya Abu Thalhah membagi-bagikan kebun Bairaha’ itu kepada keluarga serta anak-anak pamannya.